Friday 15 February 2013

Gema Super Camp 1

Mengakar di Wana Wisata Batu Kuda Manglayang-Bandung


Camping groud & Outbond Motivasi

Apa sih Gema Super Camp?
Mungkin itu pertanyaan yang bakal muncul pertama kali di benak temen-temen. Secara umum Gema Super Camp atau yang disingkat GSC adalah komunitas yang peduli terhadap alam, lingkungan dan masyarakat. 
Jadi, GSC merupakan bagian dari Gema Education Center adalah sebuah komunitas sosial yang cinta dan peduli terhadap alam.
GSC di bentuk sebagai bentuk kepedulian terhadap alam dan kepedulian kepada sesama pecinta alam serta lingkungan dan masyarakat.Dengan Tujuan :
1. menjadi wadah silaturahmi sesama pecinta alam dan lingkungan.
2. menjadi media tukar pikiran, informasi baik berkenaan dengan alam ataupun hal yang lainnya.

Alhamdulilah tanggal 9-10 Februari 2013 lalu kami dapat menyelenggarakan acara camping ground & Outbond Motivasi di Wana Wisata Batu Kuda Manglayang-Bandung. Acara ini diawali dengan saling berbagi pengalaman dan kisah yang meningkatkan motivasi diri supaya dapat memecahkan semua  permasalahan yang dihadapi dalam menjalani kehidupan, ditemani dengan nyala api unggun yang lebih menghangatkan persaudaran dan susana ditengah diingnya malam. Kemudian dilanjutkan dengan acara hiking ke puncak gunung manglayang dipagi hari dan ditutup dengan serangkaian games yang bertujuan meningkatkan motivasi diri serta merefresh kembali diri kita setelah bergelut dengan aktifitas sehari-hari (Outbond Motivasi).
Mudah-mudahan ini jadi awal persaudaraan yang baik. Juga mudah-mudahan semua ini jadi awal yang baik untuk hasil akhir yang terbaik. Serta menciptakan semangat kuat yang mengakar dalam diri.

naik-naik ke atas Batu Kuda

Foto sebelum penutupan acara.

Nah itu tadi sedikit gambaran tentang GSC dan acara perdananya.
Sekarang kita bahas sedikit tentang Wana Wisata Batu Kuda. Objek wisata ini terletak di kaki pegunungan Manglayang yang berada di wilayah pegunungan sebelah utara Kota Bandung. Batu Kuda mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang, hal ini bisa jadi di sebabkan karena kurangnya promosi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Pemerintah Kota Bandung. Untuk mencapai lokasi ini sebenarnya tidak terlalu sulit karena kendaraan (baik roda 2 dan 4) dapat digunakan dan diparkir didepan pintu masuk objek wisata ini. Jalan yang dilaluipun cukup bagus (jika lewat sindangreret), hanya ada beberapa titik jalan berbatu dan beberapa tanjakan ringan (kecuali setelah mencapai lokasi). Jarak tempuh dari jalan raya ujung berung sekitar 7 km, jika kita masuk dari jalan sindangreret. Selain dari jalan sindangreret kita dapat masuk dari empat jalur lainnya, yaitu jalan manisi (cibiru), Jalan Ciguruik, Jalan Cimekar, Jalan Paledang (ujung berung) atau Jalan Pasar Cileunyi (cileunyi).

Pintu masuk "Batu Kuda".
Begitu masuk, kita akan langsung disuguhi dengan rimbun dan sejuknya deretan pohon pinus yang berjejer indah, tertata rapi serta lokasi yang masih asri dan cukup bersih. Selain pepohonan pinus, tempat ini menyediakan area camping ground dan situs Batu Kuda yang menjadi ikon dan situs bersejarah. Lokasi ini juga merupakan salah satu pintu masuk untuk mencapai puncak Gunung Manglayang.

700 m dari pintu masuk
Hutan Pinus di "Batu Kuda"
Batu Kuda juga memiliki mitos tersendiri seperti hal nya Gunung Tangkuban Perahu. Pemberian nama itu ada kaitannya dengan batu yang bentuknya menyerupai seekor kuda. Kuncen yang bertugas di tempat itu mengatakan bahwa batu yang menyerupai kuda itu adalah kuda yang ditunggangi oleh Prabu Layang Kusuma beserta permaisurinya (Prabu Layang Sari). Menurut penuturannya, konon di zaman dahulu ada seorang raja dari salah satu kerajaan di Jawa Barat. Namanya Prabu Layang Kusuma. Suatu hari Sang Prabu bersama permaisurinya (Prabu Layang Sari), dengan berkuda, lewat Gunung Manglayang. Namun, ketika sampai di puncak tiba-tiba kuda yang ditungganginya terperosok ke dalam lumpur. Begitu dalamnya kuda itu terperosok hingga hanya separuh badannya yang kelihatan. Secara tiba-tiba pula kuda itu berubah menjadi batu. Oleh karena kuda yang ditunggangi menjadi batu, mau tidak mau Sang Prabu beserta Sang Permaisuri dan para pengawalnya menghentikan perjalanannya. Kemudian, Sang Prabu melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Hasilnya adalah bahwa tempat itu sangat cocok untuk bertapa. Sehubungan dengan itu, Sang Prabu memutuskan untuk mendirikan tempat peristirahatan yang letaknya tidak jauh dari tempat perpelosoknya kuda. Di tempat peristirahatan itulah Sang Prabu bertapa dan tidak meneruskan perjalanannya hingga akhir hayatnya. Demikian juga Sang Permaisuri dan para pengawalnya.


Situs Batu Kuda
Itulah sedikit gambaran tentang Wana Wisata Batu Kuda, semoga objek wisata ini bisa jadi salah satu destinasi wisata bersama keluarga dan orang-orang terdekat. Seperti hal nya objek wisata alam lainnya, objek wisata ini menyuguhkan keindahan alam yang dapat kita nikmati. Tapi alangkah lebih baiknya kita harus turut memelihara keasrian dan menjaga kelestariannya supaya anak cucu kita kelak dapat menikmati keindahan alam yang dapat kita nikmati saat ini.

Semoga informasi ini bisa bermanfaat dan menumbuhkan rasa peduli serta tanggung jawab kita terhadap lingkungan serta alam yang ada di sekitar kita juga masyarakat di sekitar kita.

No comments:

Post a Comment